Foto: Bustami |
KASKUS - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat populasi Gajah Sumatera selama tahun 2015 di 23 kabupaten/kota Provinsi Aceh hanya tersisa 500-530 ekor.
Kepala BKSDA Aceh Genman Suhefti Hasibuan di Calang, mengatakan populasi gajah Sumatera tersebut merupakan seperempat bagian dari total 2.400 ekor Gajah Sumatera yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia.
"Berdasarkan data yang kita miliki dari pengamatan langsung saat pengiringan di lapangan, populasi gajah di Aceh masih tersisa sekitar 500 sampai 535 individu. Artinya kalau berdasarkan data secara keseluruhan 2.400, berarti seperempat dari jumlah gajah Sumatera ada di Aceh," katanya, kemarin.
Pernyataan tersebut disampaikan usai peresmian Conservation Respon Unit (CRU) Gampong Ie Jeureungeh, Mukim Pante Purba, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, acara tersebut turut dihadiri managerial PT Astra Agro Lestari sebagai pihak yang memfasilitasi penyediaan dibutuhkan BKSDA.
Dia menjelaskan, sepanjang 2015 konflik satwa liar gajah Sumatera dengan masyarakat terjadi pada 17 kabupaten/kota di Aceh dengan korban satwa gajah mati sebanyak sembilan individu dan umumnya berkelamin betina.
Karena itu untuk upaya mitigasi konflik satwa dengan masyarakat, Pemerintah Aceh sudah membentuk tim koordinasi lintas instansi serta satuan tugas disetiap kabupaten/kota yang berkonflik, hal itu juga didasari banyak masyarakat korban yang menanyakan pada BKSDA terkait ganti rugi apabila terjadi konflik satwa dan manusia.
"Kedepan kita harapkan kalau ada korban konflik instansi terkait dapat memberikan bantuan menurut tugas masing-masing, kalau kami bertugas dalam upaya pelestarian dan perlindungan gajah itu sendiri," sebutnya.
Sementara itu, Kasubdit Pengawetan Jenis dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI Puja Utama dalam sambutannya menyampaikan satwa gajah harus dilindungi karena populasinya semakin terancam punah.
"Kenapa dilindungi Undang-Undang?, karena populasi dialamnya mengalami ancaman kepunahan, salah satunya adalah satwa gajah Sumatera ini yang populasinya diperkirakan hanya 2.400 sampai 2.800 ekor," tegasnya.
Untuk mempertahankan populasi gajah pemerintah dihadapkan dengan tantangan berat karena habitat hidup gajah tersebut kurang lebih 85 persen berada di luar kawasan konservasi sehingga rawan terjadi konflik dengan masyarakat.
Untuk itu kata dia, dalam program pembangunan jangka menengah KLH dan Kehutanan RI mempunyai target untuk meningkatkan populasi 25 spesies satwa dilindungi yang kondisinya terancam punah sebesar 10 persen termasuk gajah.
Menurut Puja Utama, pembangunan tersebut merupakan indikator keberhasilan kementerian, di samping memiliki target dapat membangun satwa gajah sebanyak 50 jenis dan di Aceh merupakan salah satu lokasi dibangunnya sanctuary sebagai alternatif.
"Suatu saat kita mengharapkan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan satwa, kemudian saya juga berharap setelah PT Astra Agro Lestari kedepan ada mitra lain yang ikut mendukung konservasi gajah ini," katanya.[OKZ]
Kepala BKSDA Aceh Genman Suhefti Hasibuan di Calang, mengatakan populasi gajah Sumatera tersebut merupakan seperempat bagian dari total 2.400 ekor Gajah Sumatera yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia.
"Berdasarkan data yang kita miliki dari pengamatan langsung saat pengiringan di lapangan, populasi gajah di Aceh masih tersisa sekitar 500 sampai 535 individu. Artinya kalau berdasarkan data secara keseluruhan 2.400, berarti seperempat dari jumlah gajah Sumatera ada di Aceh," katanya, kemarin.
Pernyataan tersebut disampaikan usai peresmian Conservation Respon Unit (CRU) Gampong Ie Jeureungeh, Mukim Pante Purba, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, acara tersebut turut dihadiri managerial PT Astra Agro Lestari sebagai pihak yang memfasilitasi penyediaan dibutuhkan BKSDA.
Dia menjelaskan, sepanjang 2015 konflik satwa liar gajah Sumatera dengan masyarakat terjadi pada 17 kabupaten/kota di Aceh dengan korban satwa gajah mati sebanyak sembilan individu dan umumnya berkelamin betina.
Karena itu untuk upaya mitigasi konflik satwa dengan masyarakat, Pemerintah Aceh sudah membentuk tim koordinasi lintas instansi serta satuan tugas disetiap kabupaten/kota yang berkonflik, hal itu juga didasari banyak masyarakat korban yang menanyakan pada BKSDA terkait ganti rugi apabila terjadi konflik satwa dan manusia.
"Kedepan kita harapkan kalau ada korban konflik instansi terkait dapat memberikan bantuan menurut tugas masing-masing, kalau kami bertugas dalam upaya pelestarian dan perlindungan gajah itu sendiri," sebutnya.
Sementara itu, Kasubdit Pengawetan Jenis dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI Puja Utama dalam sambutannya menyampaikan satwa gajah harus dilindungi karena populasinya semakin terancam punah.
"Kenapa dilindungi Undang-Undang?, karena populasi dialamnya mengalami ancaman kepunahan, salah satunya adalah satwa gajah Sumatera ini yang populasinya diperkirakan hanya 2.400 sampai 2.800 ekor," tegasnya.
Untuk mempertahankan populasi gajah pemerintah dihadapkan dengan tantangan berat karena habitat hidup gajah tersebut kurang lebih 85 persen berada di luar kawasan konservasi sehingga rawan terjadi konflik dengan masyarakat.
Untuk itu kata dia, dalam program pembangunan jangka menengah KLH dan Kehutanan RI mempunyai target untuk meningkatkan populasi 25 spesies satwa dilindungi yang kondisinya terancam punah sebesar 10 persen termasuk gajah.
Menurut Puja Utama, pembangunan tersebut merupakan indikator keberhasilan kementerian, di samping memiliki target dapat membangun satwa gajah sebanyak 50 jenis dan di Aceh merupakan salah satu lokasi dibangunnya sanctuary sebagai alternatif.
"Suatu saat kita mengharapkan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan satwa, kemudian saya juga berharap setelah PT Astra Agro Lestari kedepan ada mitra lain yang ikut mendukung konservasi gajah ini," katanya.[OKZ]
0 comments:
Post a Comment