Promo
Tahunan
×
Home » , » Bisnis Gelap Gading Gajah di Aceh

Bisnis Gelap Gading Gajah di Aceh

KASKUS -  Nukilan sejarah soal raja-raja Aceh tempoe doeloe mengasihi gajah, membuat masyarakat di Serambi Makkah memuliakan satwa berbadan bongsor ini. Sampai-sampai, orang Aceh turun-temurun memberi sebutan gajah dengan “Poe Meurah”, yang berarti Raja Mulia.

Hingga akhir era 1990-an, budaya bersahabat dengan gajah ini masih cukup kental di Aceh. Saat itu jarang terdengar ada gajah mati dibunuh. Tapi, satu dekade kemudian, situasi berbalik nyaris 180 derajat. Puluhan gajah Aceh atau Sumatera ditemukan mati mengenaskan. Sebagian diracun dengan dalih hama, dan sebagian lagi sengaja dibantai demi gading.

Tim menelusuri penjualan gading di pasar ‘gelap’ yang mencapai Rp50.000 per kilogram  menggiurkan segelintir orang untuk nekat memburu Poe Meurah. Gajah itu dibunuh keji di hutan lindung Desa Alue Ie Mirah, Kec Indra Makmu, pedalaman Kabupaten Aceh Timur, Jumat lalu. Seekor gajah jantan dewasa diberondong dengan tiga pucuk senjata SS1 di bagian kepala, lalu gadingnya diambil untuk dijual

Tidak lama polisi membekuk pelaku pada hari yang sama dengan barang bukti dua bilah gading. Panjang gading itu, masing-masing 73 centimeter. Tiga pelaku di antaranya pria sipil. Dua dari Desa Blang Seunong Kec Pante Bidari, Aceh Timur dan satu warga Desa Tanah Merah, Kec Langkahan, pedalaman Aceh Utara. Sedangkan seorang lagi, yang diduga sebagai otak pelaku sekaligus penyedia senjata, oknum anggota TNI dari Yonif 113/Jaya Sakti, Bireuen.

Dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Idi, Aceh Timur, tiga pelaku sipil, dituntut jaksa hukuman masing-masing satu tahun penjara. Tapi, Majelis Hakim yang diketuai Rahmat Aries dibantu Hakim Anggota Nurrahmi dan Rizal Firmansyah hanya memvonis ketiga terdakwa masing-masing enam bulan penjara pada Februari 2012.

Di sisi lain, kasus pembunuhan terhadap gajah liar di Aceh Timur terus menggila. Sepanjang 2012 hingga 2015 tercatat  ada 12 ekor gajah liar ditemukan mati. Salah satu kasus melibatkan mafia pemburu gading pada kasus penemuan dua bangkai gajah jantan di areal kebun sawit PT Dwi Kencana, Jambo Reuhat, Kec Banda Alam, September lalu. Tak jauh dari lokasi bangkai, ditemukan dua selongsong peluru.

Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alama (BKSDA) Aceh, Genman S Hasibuan, mengakui ada campur tangan sindikat mafia gading gajah dalam kasus kematian gajah Sumatra di Aceh. Tapi, persentase keterlibatan mereka kecil. Kebanyakan, gajah di Aceh mati karena konflik dengan manusia, khususnya konflik dengan masyarakat pekebun dan petani.

“Rata-rata mati karena diracun. Kalau pun kemudian ada gading gajah yang hilang setelah mati diracun, itu lebih kepada mumpung ada kesempatan. Bukan terencana. Kalau yang khusus diburu untuk diambil gadingnya, catatan kita cuma beberapa kasus saja,” kata Genman.

“Lagi pula, Aceh ini beda dengan daerah lain. Gajah dianggap satwa mulia di Aceh. Kalau ada orang terang-terangan memburu gajah demi gading, pasti ditentang masyarakat banyak. Pemburu gading di Aceh ada, tapi ruang geraknya sempit,” urai Genman.(Waspada)
Share this Artikel :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Kaskus Aceh | Kaskusaceh | Kaskus Aceh
Copyright © 2013. kaskusaceh-Lingkungan - All Rights Reserved
Template Created by Informasi Lingkunga Published by Kaskusaceh
Proudly powered by Blogger